Kesha - Rainbow


Those electropop days are over! Lady Gaga membuktikannya dengan “Joanne”. Rihanna bahkan memberi sebuah “Anti”-nya. Kini giliran salah satu pentolan lainnya yang merilis pernyataan senada. Ia adalah Kesha, yang akhirnya setelah penantian panjang (4 tahun!), melepas album ketiganya, “Rainbow“.
Namun, jika “Joanne” dan “Anti” lebih karena produk pertimbangan pergerakan trend atau selera musik, maka “Rainbow” sejatinya adalah sebuah pernyataan dan juga aksi perlawanan. Sulit dipungkiri apa yang terjadi pada Kesha dalam 3 tahun terakhir ini memberi pengaruh signifikan terhadap musikalitas yang disajikannya dalam “Rainbow”. Kasusnya dengan sang mantan mentor dan produser, Lukasz “Dr. Luke” Gottwald jelas menjadi pencetus album yang sebenarnya dengan tekanan yang didapatkan Kesha, akhirnya bisa terwujud.
Saat bersama Dr. Luke, Kesha menghasilkan dua album hit, “Animal” dan “Warrior”, yang menegaskan sosok Kesha sebagai bintang pop dengan beat-beat electro supercatchy, di mana Kesha terdengar lebih banyak membawakan lagu-lagunya secara singtalk. Jika pun bernyanyi, autotune berperan besar dalam mengolah vokalnya. Oleh karenanya, sulit untuk menghindari kesan jika Kesha adalah produk ketimbang penyanyi secara utuh, meski sebenarnya ia adalah seorang musisi handal. Dan itu faktanya.
Kini, terbebas dari Dr. Luke (well, sort of), dengan “Rainbow” Kesha menegaskan jika dirinya bukan penyanyi karbitan. Ia adalah penulis lagu jempolan dan mampu bernyanyi dengan baik, bersih tanpa harus dibekali dengan bantuan mesin. Kini, dalam “Rainbow”, Kesha dengan bebas mengeksplorasi rock, country, dan juga folk, meski tak benar-benar melupakan pop (dan bahkan electropop).
Seperti disebutkan di atas, “Rainbow” terdengar sebuah pernyataan dan juga perlawanan, terutama dari “kungkungan” kerangka musikalitas yang dibentuk Dr. Luke untuk Kesha di awal karirnya. Kini, meski tetap menghadirkan lagu-lagu yang memiliki melodi gampang dicerna, namun secara atmosfir terdengar lebih emosional, getir dan berapi-api serta dibungkus dengan aransemen yang lebih organis. Bisa dibuktikan dengan track pembuka, ‘Bastards’, yang seolah-olah Kesha memberi jari tengah pada para chauvinis yang suka menekan perempuan (atau pihak yang dianggap lebih lemah). Meski dihadirkan secara balada, namun kemarahan Kesha terasa sangat pekat.
Lantas ia mengganjarnya dengan track yang lebih upbeat dengan lagu rock gahar, ‘Let ‘Em Talk’. Hadirnya Eagles of Death Metal mempertegas nuansa rock-nya. Band tersebut juga membantu Kesha dalam ‘Boogie Feat’. Uniknya, lagu-lagu ini mengadopsi ketukan rock retro dan dipadu dengan notasi ala pop yang sebenarnya bisa dikemas dalam electropop, jika Kesha masih dalam warna musik di awal karirnya. Bahkan agak mengingatkan track-track yang biasa dibawakan girlgroup J-Pop.
Electropop yang dihadirkan secara lebih organis juga bisa terdengar dalam track-track seperti ‘Learn To Let Go’ atau ‘Booots’, yang mengusung beat yang biasa kita dengar dari seorang Kesha. Hanya saja, “Rainbow” juga wahana bagi dirinya untuk memasuki balada dengan lebih ekstensif. Maka, album menghadirkan ‘Praying’ yang diproduseri Ryan Lewis atau ‘Rainbow’ di mana Ben Folds membantunya, dengan Kesha memamerkan kualitas vokalnya yang ternyata memiliki jangkauan luas. Sedang ‘Godzilla’, yang berbanding terbalik dengan judulnya, justru adalah sebuah balada pop-folk minimalis manis (lagu ditulis oleh ibunda Kesha, Pebe Sebert). Dan track penutup, ‘Spaceship’, mengadopsi country dengan menarik.
Bukan berarti Kesha melupakan pop-pop catchy juga. Album masih menyisakan ruang untuk itu. Pop-soul yang menginfusi doo-woop untuk bersenang-senang dihadirkan Kesha bersama The Dap-Kings Horns dalam ‘Woman’. ‘Hymn’ adalah sebuah track balada electorop dengan hook kuat pada chorusnya. ‘Finding You’ adalah pop rock dengan tema romantis menghanyutkan. Sedang track country kembali dihadirkan dalam ‘Hunt You Down’, yang dihadirkan Kesha dengan sangat tradisional ketimbang trend country kekinian yang mengarah pada pop. Bahkan Kesha mengahadirkan sang Ratu Country itu sendiri, Dolly Parton, dihadirkan dalam track ‘Old Flames (Can’t Hold a Candle to You)’, yang sejatinya adalah hit sang biduanita country yang ditulis oleh Pebe Sebert.
“Raibow” adalah sebuah album yang berasal dari pergulatan Kesha untuk membebaskan dirinya dari ikatan (label) yang dianggap mengekang, sementara juga bagian dari menunaikan kewajiban. Oleh karenanya kita bisa merasakan pergulatan antara suara protes Kesha dengan meniupkan idealismenya, sembari tetap memasukkan unsur-unsur komersil atau cita rasa musikalitas yang dulu mengangkat namanya.
Istimewanya, pergulatan tersebut tidak terasa saling menekan, melainkan membelit menjadi satu kesatuan secara mulus dan utuh. Hasilnya, “Rainbow” justru menjadi sebuah album yang menunjukkan progresi musikalitas Kesha ke arah yang lebih baik dan matang. Sebuah album pop dengan dimensi dan kedalaman, maka Kesha sukses dalam memberi pernyataan jika ia bukan jenis penyanyi perempuan yang bisa disetir dengan mudah oleh sistem, tapi tak melupakan akar bermusiknya atau mengkhianati apa yang membuat dirinya terkenal. Salut!









TRACKLIST

1. “Bastards” 3:51
2. “Let ’em Talk” (featuring Eagles of Death Metal) 3:05
3. “Woman” (featuring The Dap-Kings Horns) 3:16
4. “Hymn” 3:25
5. “Praying” 3:50
6. “Learn to Let Go” 3:37
7. “Finding You” 2:52
8. “Rainbow” 3:38
9. “Hunt You Down” 3:17
10. “Boogie Feet” (featuring Eagles of Death Metal) 2:53
11. “Boots” 3:03
12. “Old Flames (Can’t Hold a Candle to You)” (featuring Dolly Parton) 4:26
13. “Godzilla” 2:08
14. “Spaceship” 5:15
Kesha - Praying

Comments

Popular Posts