Jonn Legend - Darkness and Light Album (Review)



Sebagai seorang penyanyi John Legend sudah mendapatkan semuanya mulai dari sepuluh Grammy Awards, satu penghargaan Golden Globe, dan satu penghargaan Academy Awards. Semua penghargaan sudah ia raih dan lagu-lagunya seperti “Save Room”, “Ordinary People”, “P.D.A.” sampai “All of Me” masih diputar di radio sampai sekarang. Ia juga sudah menjual 10 juta kopi album di seluruh dunia. Kehidupan pribadinya juga sedang mengalami masa bahagianya apalagi setelah menikah dengan Chrissy Teigen dan telah dikarunai satu anak.
John Legend seolah tidak mempunyai target apa-apa untuk mengerjakan album keenamnya, ia sudah mendapatkan comeback yang ia inginkan pada album “Love In The Future” lewat single “All of Me” setelah melalui masa hiatus selama lima tahun. Ia merasa lebih bebas melalui album kelimanya “Darkness and Light”. Ia menyanyikan hal tersebut dalam lagu pembuka “I Know Better” dan menyatakan bahwa Legend yang sekarang sama seperti Legend yang dulu sebelum membuat “Ordinary People”.

Darkness and Light” berisikan kolaborasi Legend dengan penyanyi lainnya seperti Chance the Rapper, Brittany Howard dari Alabama Shakes, dan Miguel. Melalui ketiga penyanyi ini Legend seolah dibantu mengeksplorasi dunia barunya. Chance the Rapper membawa sentuhan rap emosional dan gospel yang ia mainkan di mixtape “Coloring Book” dalam “Penthouse Floor”. Brittany Howard membawa sensasi blues Alabama Shakes ke dalam “Darkness and Light” tetapi entah mengapa John Legend seolah termakan oleh vokal Howard dan bernyanyi dalam porsi yang sedikit. Miguel membawakan musik slow jam R&B yang seksi melalui “Overload”.
Setelah tiga lagu yang disajikan secara berturut-turut bersama bintang tamu kini Legend tampil sendiri dan menunjukkan sisinya yang baru seperti pada “Love Me Now” dimana ia mencoba pendekatan pop modern dengan memakai beat yang ritmis. “What You Do To Me” dan “Surefire” mencoba bermain di ranah electro R&B seperti James Blake, Frank Ocean dan Jessie Ware. Manuver ini mengingatkan kolaborasi Legend dengan grup drum n’ bass/dubstep asal Inggris Magnetic Man dengan “Going Nowhere”.
Sebuah lagu yang dipersembahkan untuk anaknya “Right By You (Luna)” merupakan sebuah nomor jazz kontemporer yang menunjukkan sisi eksperimental dan personal dari Legend setelah “I Know Better”. “Temporary Painless” lagi-lagi mengandalkan permainan electro R&B dengan ketukan drum machine agar bisa masuk ke ranah pop dan hip hop saat ini dan untungnya Legend membawakannya secara tidak berlebihan dan masih mempunyai kesan soul meski dalam batas aman. “How I Can Blame You” seperti sebuah flashback akan musik Legend di awal karirnya serta musik R&B 2000’an dimana musik R&B berpadu dengan ketukan yang membawa suasana lagu menjadi semakin lebih dalam. Pangeran indie pop mellow saat ini Tobias Tesso Jr. membantu Legend dalam “Same Old Story” yang dibawakan dengan gaya Tobias dimana ia memasukkan keunikan indie yang nyentrik dengan soul yang mellow. Ada rasa Kanye West dalam album “My Beautiful Dark Twisted Fantasy” yang terpancar terutama ketika ia bernyanyi dalam auto-tune. “Marching Into the Dark” membawakan unsur motown ke dalam ranah modern.
Album baru John Legend seakan mempunyai dualisme di sini sama seperti judul albumnya “Darkness and Light”. Dualisme tersebut terpancar di album ini yang menyatukan unsur elektrik dan soulful ke dalam satu paket. Kedua unsur ini seolah menjadi statement eksplorasi yang Legend lakukan dan mencoba keluar dari zona nyamannya. Legend bermain lebih ringan dan bebas di album keenamnya. Hanya saja di beberapa titik Legend terdengar awkward dalam mencoba zona barunya dan kurang memorable apalagi Legend seolah ingin mengikuti beat dari musik pop yang nantinya semakin kurang relevan setelah trend berganti. “Darkness and Light” adalah ketika Legend bukanlah Legend yang kita kenal dan di album keenamnya ia ingin memposisikan dirinya sebagai dirinya yang berbeda dengan hasil yang lumayan worth it. Setidaknya dia sudah bisa keluar dari zona nyamannya secara pelan-pelan.

Comments

Popular Posts